Memang itu semua kembali kepada hak kita untuk mem-follow siapa pun yang kita suka, tapi ada baiknya kalo kita juga tidak mengikuti arus, mainstream, ikut-ikutan follow gara-gara temen-temen kalian pada ngefollow, atau gara-gara orang-orang keren pada ngefollow. Padahal dalam agama Islam kita dianjurkan untuk punya sikap sendiri. Ikut-ikutan dalam hal kebaikan sangat dianjurkan. Namun dalam hal tidak ada kebaikan di muka bumi ini, apakah kita juga harus ikut-ikutan tidak baik? Maka dari itu, Islam mengajarkan kita untuk punya suatu sikap, yang prinsip. Di saat orang-orang di sekitar kita bersikap baik kita pun bersikap baik, dan jika di sekitar kita bersikap buruk, kita pun harus tetap bersikap baik. Begitu pun kalo diterapkan di dunia pertwitteran, followlah akun yang kita kenal (tahu) bukan karena banyak temanmu yang memfollow akun tersebut, tapi karena kita setuju dengan attitude akun tersebut di twitter dan jangan ragu untuk unfollow jika memang gak suka. Dan fyi, gue unfollow akun twitter
Senin, 21 Januari 2013
Twitter Matter
Gue baru tau, sebuah akun di twitter yang followers-nya
sampai berapa ratus k itu ternyata beneran akun provokator ya, which means mereka
dibayar buat ngetwit fitnah2 tentang politik gitu (read: @TrioMacan2000). Gue sih memang kurang suka
jenis-jenis twit yg begituan, maksudnya isi omongannya itu banyak negatifnya, ga
enak dicerna di mata, hati dan pikiran, makanya gue nggak follow. Pernah sekali
follow akunnya seorang wartawan, yang kerennya dibilang citizen journalist,
yang semacam aktivis pembela rakyat,
terus dia bicara politik dan keburukan di pemerintahan Indonesia yang menurut gue terlalu menyudutkan
salah satu pihak. Dan dia berkoar-koar tanpa henti di timeline gue. Akhirnya
gue unfollow.
Hikmah yang bisa diambil dari dunia per-twitter-an adalah ketika
semua orang bisa berbicara dan mempengaruhi pikiran orang lain melalui
kata-katanya, kita sebagai penerima informasi harus lebih bijaksana untuk
memilih siapa yang harus difollow. Sebelum zaman twitter kayak sekarang ini,
orang-orang banyak dipengaruhi oleh buku yang ia baca. Pikiran seseorang banyak
dipengaruhi oleh cara berpikir si pengarang buku. Nah, kalau zaman sekarang ya hampir sama
saja, twitter bisa mempengaruhi cara berpikir kita. Sayangnya kelemahan twitter
adalah, yang bisa berbicara di sana adalah semua orang. Kita nggak tahu siapa orang
itu secara nyata, cuma lewat bio singkat. Dan bagaimana mungkin kita
mempercayai omongan dari orang yang gak kita kenal? Kalau di buku itu kan
ada halaman biografi penulis, dari situ kita bisa mengenal pengarang buku
tersebut. dan itu menjadi salah satu pertimbangan kita dalam mengambil
keputusan untuk membaca buku tersebut atau tidak. Dan biasanya kalau kita googling
nama pengarang buku tersebut juga ada biografinya. Buku-buku yang disajikan
di toko buku adalah buku yang sudah mengalami proses penyuntingan (editorial),
serta tercetak ISBN nya yang berarti sudah lolos standar, atau layak baca. Nah, bagaimana
dengan standar kelayakan di twitter?
Memang itu semua kembali kepada hak kita untuk mem-follow siapa pun yang kita suka, tapi ada baiknya kalo kita juga tidak mengikuti arus, mainstream, ikut-ikutan follow gara-gara temen-temen kalian pada ngefollow, atau gara-gara orang-orang keren pada ngefollow. Padahal dalam agama Islam kita dianjurkan untuk punya sikap sendiri. Ikut-ikutan dalam hal kebaikan sangat dianjurkan. Namun dalam hal tidak ada kebaikan di muka bumi ini, apakah kita juga harus ikut-ikutan tidak baik? Maka dari itu, Islam mengajarkan kita untuk punya suatu sikap, yang prinsip. Di saat orang-orang di sekitar kita bersikap baik kita pun bersikap baik, dan jika di sekitar kita bersikap buruk, kita pun harus tetap bersikap baik. Begitu pun kalo diterapkan di dunia pertwitteran, followlah akun yang kita kenal (tahu) bukan karena banyak temanmu yang memfollow akun tersebut, tapi karena kita setuju dengan attitude akun tersebut di twitter dan jangan ragu untuk unfollow jika memang gak suka. Dan fyi, gue unfollow akun twitter@sudjiwo_tedjo karena dia nulis sesuatu yang, menurut gue, tidak santun.
Memang itu semua kembali kepada hak kita untuk mem-follow siapa pun yang kita suka, tapi ada baiknya kalo kita juga tidak mengikuti arus, mainstream, ikut-ikutan follow gara-gara temen-temen kalian pada ngefollow, atau gara-gara orang-orang keren pada ngefollow. Padahal dalam agama Islam kita dianjurkan untuk punya sikap sendiri. Ikut-ikutan dalam hal kebaikan sangat dianjurkan. Namun dalam hal tidak ada kebaikan di muka bumi ini, apakah kita juga harus ikut-ikutan tidak baik? Maka dari itu, Islam mengajarkan kita untuk punya suatu sikap, yang prinsip. Di saat orang-orang di sekitar kita bersikap baik kita pun bersikap baik, dan jika di sekitar kita bersikap buruk, kita pun harus tetap bersikap baik. Begitu pun kalo diterapkan di dunia pertwitteran, followlah akun yang kita kenal (tahu) bukan karena banyak temanmu yang memfollow akun tersebut, tapi karena kita setuju dengan attitude akun tersebut di twitter dan jangan ragu untuk unfollow jika memang gak suka. Dan fyi, gue unfollow akun twitter
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar